Alur dengan Mauq Tengkorong Ite Mauq Isi

PERIBAHASA.NET –Peribahasa memiliki daya magis yang mampu menggambarkan kebijaksanaan dan pengalaman masyarakat. Dalam bahasa Sasak, Nusa Tenggara Barat, terdapat sebuah peribahasa yang sarat akan makna filosofis, yakni “Alur dengan Mauq Tengkorong Ite Mauq Isi” (biarkan saja orang yang mengambil kulitnya, sementara kita mendapatkan isinya). Mari kita telisik lebih dalam tentang pesan yang ingin disampaikan oleh peribahasa ini.

alur dengan mauq tengkorong ite mauq isi

A. Arti Harfiah Alur dengan Mauq Tengkorong Ite Mauq Isi

Secara harfiah, peribahasa ini memberikan gambaran tentang tindakan seseorang yang bijak dalam memilih prioritas. Mengambil kulit seringkali diartikan sebagai tindakan yang tampak di permukaan, sementara isi mencerminkan esensi atau makna yang lebih mendalam. Dalam konteks ini, peribahasa menyarankan agar kita fokus pada hal-hal yang substansial dan bermakna, daripada terjebak dalam hal-hal yang hanya bersifat permukaan.

 

B. Makna Filosofis

Peribahasa “Alur dengan Mauq Tengkorong Ite Mauq Isi” tidak hanya mengajarkan kita untuk memilih tindakan yang memiliki makna yang lebih dalam, tetapi juga memberikan pelajaran tentang pentingnya mempertahankan integritas dan otonomi dalam mengambil keputusan. Makna filosofis yang terkandung di dalamnya menggambarkan pentingnya kesadaran diri dan kemandirian dalam menentukan jalannya kehidupan.

Seringkali, kita tergoda untuk mengekor apa yang dilakukan oleh orang lain tanpa mempertimbangkan nilai-nilai yang sebenarnya. Dalam konteks ini, “mau berbuat baik atau buruk, tak perlulah ikut-ikutan orang lain” menjadi sebuah peringatan yang tajam. Kita tidak seharusnya mengambil keputusan atau bertindak hanya karena tekanan sosial atau karena orang lain melakukannya.

Menjadi individu yang independen berarti memiliki keberanian untuk mempertahankan keyakinan dan nilai-nilai yang dimiliki, terlepas dari apa yang dilakukan oleh orang lain di sekitar kita. Ini mencakup keberanian untuk menolak tekanan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai pribadi, bahkan jika itu berarti berdiri sendiri.

Dengan memahami pesan ini, masyarakat diajak untuk menjadi agen perubahan yang aktif dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka diingatkan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengarahkan jalannya kehidupan mereka sendiri dan tidak harus terjerat dalam arus tindakan atau keputusan orang lain. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas diri sendiri dan mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.

Dalam kehidupan yang penuh dengan berbagai pengaruh eksternal dan tekanan sosial, pesan dari peribahasa ini menjadi semakin relevan. Ini mengajak kita untuk mempertahankan kemandirian dalam menentukan jalan hidup kita, mengutamakan kebenaran dan integritas pribadi di atas segala-galanya. Dengan demikian, kita dapat hidup dengan lebih autentik dan membangun dunia yang lebih baik, di mana setiap individu diberikan kebebasan untuk menjadi diri mereka yang sejati.

 

1. Menghindari Imitasi Tanpa Pertimbangan

Pernyataan “biarkan saja orang yang mengambil kulitnya” menyiratkan bahwa tidak selalu bijak mengekor atau meniru tindakan orang lain tanpa pertimbangan yang matang. Bagaimanapun, kulit hanya mencerminkan penampilan luar, sementara isi menunjukkan esensi dan makna sejati. Dengan demikian, peribahasa ini mengajak masyarakat untuk menjauhi kecenderungan meniru tanpa memahami nilai sebenarnya dari setiap tindakan.

 

2. Risiko dalam Setiap Perbuatan

Peribahasa ini juga menyoroti fakta bahwa setiap perbuatan memiliki risiko masing-masing. Oleh karena itu, lebih bijak untuk memahami implikasi dari setiap tindakan sebelum melibatkan diri dalam suatu perjalanan atau keputusan. Ini merupakan pengingat akan pentingnya refleksi dan pemikiran mendalam sebelum bertindak.

 

C. Penutup

Dalam mengeksplorasi peribahasa Sasak “Alur dengan Mauq Tengkorong Ite Mauq Isi,” kita mendapati pesan yang mendalam, memuat bijak, dan sarat akan nilai filosofis. Dengan memahami maknanya, masyarakat diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai bijaksana ini dalam kehidupan sehari-hari, memandang setiap tindakan sebagai langkah yang penuh makna dan penuh pertimbangan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *