Lele Bulu Tellele Abiasang, Naiya Abiasangnge, Abiasang Topa Palelei

PERIBAHASA.NET –Dalam penjelasan tentang peribahasa Bugis pada artikel sebelumnya dijelaskan bahwa masyarakat Bugis sangat lekat dengan nilai-nilai yang terkait dengan harga diri, kejujuran, kerja keras, dan seterusnya. Kali ini, kita akan membahas peribahasa Bugis yang lain, yakni: Lele Bulu Tellele Abiasang, Naiya Abiasangnge, Abiasang Topa Palelei. Menurut Rahman (2021: 19), secara harfiah peribahasa ini berarti, “gunung bisa dipindahkan. Tapi kebiasaan tidak. Kebiasaan hanya bisa berpindah (berubah) melalui kebiasaan (yang lain).” Nilai apa sajakah yang bisa kita tangkap dari peribahasa tersebut? Adakah relevansinya dengan kehidupan kita hari ini?

lele bulu tellele abiasang naiya abiasangnge abiasang topa palelei

A. Makna Filosofis dan Nilai

Sebagaimana tampak dalam arti harfiahnya, peribahasa ini mengandung makna filosofis dan nilai tentang kebiasaan/habit. Secara garis besar dapat kita tangkap semangat peribahasa ini bahwa betapa sulit mengubah kebiasaan, yakni dari kebiasaan buruk ke kebiasaan baik.

Bayangkan, gunung yang demikian besar saja dapat kita pindahkan “dengan mudah” melalui bantuan peralatan yang canggih dan modern. Tetapi, alat-alat tersebut mustahil dapat menangani kebiasaan buruk kita. Sejauh ini belum ada alat/device yang begitu canggih yang dapat kita andalkan untuk mengubah perilaku, watak, atau karakter buruk kita. “Alat” yang kita perlukan sebetulnya justru ada di dalam diri kita sendiri, yakni kemauan untuk membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih segar dan bermakna positif.

Lalu, apa makna filosofis dan nilai dari peribahasa “Lele Bulu Tellele Abiasang …” yang bisa kita ambil?

1. Kembangkan Kebiasaan Baik

Sebetulnya, kebiasaan sendiri tidak terikat dengan nilai-nilai apapun. Karena, kebiasaan itu sendiri sejatinya adalah perilaku berulang (repetitif) di luar kendali kesadaran (Aarts et al., 1997). Namun, kebiasaan akan bernilai buruk manakala ia berdampak buruk bagi diri sendiri, lingkungan, atau lingkaran pergaulan yang lebih luas. Untuk itu, karena “memindahkan” kebiasaan itu lebih sulit dari pada “memindahkan gunung,” maka cara selamat dari kebiasaan buruk adalah dengan mengembangkan kebiasaan baik.

 

2. Mulailah dari Diri Sendiri

Makna lain yang bisa kita tangkap dari peribahasa Bugis ini adalah bahwa perubahan terbaik dimulai dari diri sendiri, bukannya dengan menuntut orang/pihak lain untuk memulai perubahan. Kita harus menjadi contoh/teladan bagi perubahan yang lebih besar. Tuntutan perubahan pada diri orang lain, secara umum, tidak membuahkan apa-apa selain kekecewaan. Anda mau mengubah sesuatu? Mulailah dari diri sendiri.

 

B. Penutup

Demikian uraian singkat mengenai peribahasa “Lele Bulu Tellele Abiasang, Naiya Abiasangnge, Abiasang Topa Palelei” ini. Jika suatu waktu penulis menemukan referensi/bacaan yang lebih bagus, penulis akan menambahkan ulasannya secara lebih komplit dan komprehensif.

 

Bacaan

Aarts, H., Paulussen, T., & Schaalma, H. 1997. Physical exercise habit: On the conceptualization and formation of habitual health behaviours. Health Education Research, 12(3), 363–374. https://doi.org/10.1093/her/12.3.363

Rahman, Abd., 2021. Butir-Butir Mutiara Hikmah dari Tanah Bugis (Sulawesi Selatan: Matinulu Institute)

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *