PERIBAHASA.NET –Bahasa Palembang adalah satu dari sekian bahasa yang terunik di sekujur peradaban bahasa di nusantara. Uniknya, terdapat kelas bahasa yang menjadi penanda dari kelas sosial. Bahasa bebaso adalah bahasa kelas bangsawan, sementara bahasa Melayu adalah bahasa rakyat. Oleh sebab itu, di antara banyak peribahasa yang lahir dari kearifan lokal di nusantara, peribahasa Palembang “Malu Betakon, Nyasar di Jalan” adalah salah satu yang unik sekaligus khas. Peribahasa ini terlihat seperti persenyawaan antara bahasa Jawa dan bahasa Melayu.
A. Asal-Usul Malu Betakon Nyasar di Jalan
Peribahasa “Malu Betakon, Nyasar di Jalan” merupakan bagian dari kekayaan bahasa dan budaya Palembang. Peribahasa ini adalah perpaduan antara bahasa bebaso (yang notabene akarnya menjulur ke dalam bahasa Jawa) dan bahasa Melayu yang telah terlokalisasi di Sumatera.
Coba kita tengok, misalnya, kata “betakon” itu sangat mirip dengan kosakata Jawa “takon” (bertanya). Begitu pula dengan “nyasar”. Namun, kata “malu” dan “jalan” itu adalah bahasa Melayu. Oleh sebab itu, dapat kita katakan bahwa peribahasa ini agaknya memang merupakan “kawin campur” antara bahasa Jawa dan bahasa Melayu.
B. Makna Peribahasa
Secara harfiah, peribahasa ini mengandung makna bahwa seseorang yang merasa malu untuk bertanya atau meminta petunjuk ketika tersesat di jalan, justru akan berakhir dengan kebingungan atau bahkan kesalahan yang lebih besar. Namun, di balik makna harfiahnya, terdapat pesan yang lebih dalam.
Peribahasa ini sebenarnya ingin mengajarkan pentingnya untuk tidak malu atau segan untuk meminta bantuan atau petunjuk ketika kita menghadapi kesulitan atau kebingungan. Dalam konteks ini, malu diartikan sebagai perasaan tidak percaya diri atau enggan untuk menunjukkan ketidaktahuan kita. Namun, sikap tersebut justru bisa mengakibatkan kerugian atau kesalahan yang lebih besar.
C. Nilai-Nilai yang Tersirat
1. Kesederhanaan
Peribahasa ini mengajarkan pentingnya kesederhanaan dalam bersikap. Tidak ada yang salah dengan mengakui ketidaktahuan kita dan meminta bantuan dari orang lain.
2. Hormat
Dalam budaya Minangkabau, saling membantu dan saling menghormati adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi. Meminta bantuan adalah bentuk penghargaan terhadap pengetahuan atau keterampilan orang lain.
3. Kemandirian yang Sehat
Meskipun mengajarkan untuk tidak malu meminta bantuan, peribahasa ini juga menekankan pentingnya memiliki kemandirian yang sehat. Artinya, kita harus berusaha sebisa mungkin sebelum meminta bantuan, tetapi tidak boleh terlalu malu untuk bertanya jika kita memang membutuhkannya.
D. Pesan Moral
Peribahasa ini memiliki pesan moral yang kuat, yaitu pentingnya kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemandirian yang sehat. Dengan menghayati pesan ini, kita bisa menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan lebih terbuka terhadap bantuan serta masukan dari orang lain.
E. Penutup
Peribahasa Palembang “Malu Betakon, Nyasar di Jalan” bukan sekadar sekumpulan kata-kata, melainkan juga mengandung makna, nilai, dan pesan yang mendalam. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mengambil hikmah dari peribahasa ini untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan lebih terbuka terhadap bantuan dari orang lain. Dengan begitu, kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih sukses dan lebih bermakna.