PERIBAHASA.NET –Peribahasa memiliki daya tarik tersendiri dalam kekayaan budaya sebuah suku atau masyarakat. Mereka tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi seringkali menyimpan makna yang dalam dan filosofi yang menginspirasi. Salah satu peribahasa yang kaya akan makna dan filosofi adalah peribahasa dari suku Batak di Sumatera Utara: “Tubu Unte Dohot Durina, Tubu Jolma Dohot Ugarina”.
A. Makna Peribahasa
Peribahasa ini memiliki dua bagian yang saling berkaitan, masing-masing menyoroti aspek kehidupan yang penting bagi masyarakat Batak. Mari kita telaah secara mendalam makna di balik kedua bagian peribahasa ini.
1. Tubu Unte Dohot Durina
Bagian pertama dari peribahasa ini, “Tubu Unte Dohot Durina”, secara harfiah dapat diartikan sebagai “Rumput tumbuh dengan akarnya”. Namun, makna yang terkandung di dalamnya jauh lebih dalam daripada sekadar deskripsi proses pertumbuhan tanaman.
Rumput, dalam konteks ini, melambangkan asal-usul atau akar sebuah kehidupan. Di dalam budaya Batak, penting untuk selalu menghargai dan menghormati asal-usul, nenek moyang, dan akar budaya. Hal ini mencerminkan nilai-nilai seperti kekeluargaan, penghormatan terhadap leluhur, dan kesetiaan terhadap tradisi.
“Dohot Durina” menyoroti keberanian untuk tetap teguh dan tumbuh di tanah yang keras atau dalam situasi yang sulit. Ini mengajarkan tentang keteguhan, ketabahan, dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup. Di tengah badai dan kesulitan, orang Batak diajarkan untuk tetap kuat dan tumbuh seperti rumput yang tetap berakar di tanah.
2. Tubu Jolma Dohot Ugarina
Bagian kedua dari peribahasa ini, “Tubu Jolma Dohot Ugarina”, menggambarkan pentingnya hubungan antarmanusia dalam masyarakat Batak. “Tubu Jolma” berarti “Manusia hidup”, sedangkan “Ugarina” dapat diartikan sebagai “dalam keselarasan”.
Peribahasa ini mengajarkan tentang pentingnya hidup secara berdampingan dengan manusia lain dalam harmoni dan keselarasan. Ini menekankan nilai-nilai seperti gotong royong, kerjasama, dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam budaya Batak, hubungan antarmanusia sangat dihargai, dan solidaritas sosial dianggap sebagai pondasi yang kuat untuk membangun masyarakat yang maju.
B. Penutup
Melalui peribahasa “Tubu Unte Dohot Durina, Tubu Jolma Dohot Ugarina”, kita dapat melihat betapa dalamnya makna dan filosofi yang terkandung dalam budaya suku Batak. Peribahasa ini merupakan pantulan dari nilai-nilai yang dipegang dan dipedomani dengan teguh oleh masyarakat Batak: penghargaan terhadap asal-usul, ketabahan dalam menghadapi kesulitan, dan pentingnya hidup dalam harmoni dengan sesama manusia.
Sebagai warisan budaya yang kaya, peribahasa ini menginspirasi untuk terus dijaga dan dilestarikan agar generasi mendatang juga dapat merasakan kekayaan maknanya. Dengan memahami dan mengaplikasikan makna peribahasa ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memperkaya pengalaman hidup dan memperkokoh fondasi sebuah masyarakat yang berbudaya dan beradab.